Powered By Blogger

Minggu, 11 April 2010

masa Lalu

Ternyata jujur lebih enak…
Suatu ketika, sehari setelah UN selesai…
KepumPUNK: Aku, Niena, Iphe dan Dhana, udah ngerencanain untuk bermalam di kota seberang, yakni kota Sangata. Cowokku, yang sekarang udah jadi mantanku-pun setuju untuk bermalam di Sangata mengendarai mobilnya, malahan tempat nginep dia yang nanggung. Huhuhu... Lancar.
Tapi ada satu masalah nie bro. Gimana cara supaya kita dapat restu orang tua buat berlibur di kota seberang??? Sangata, bermalam pula.
Niena, yang emank licik, punya ide licik. Dia memintaku membuat surat ijin palsu. Seakan-akan, seluruh angkatan kita bakalan liburan ke Tenggarong untuk acara perpisahan sekolah. Hahaha, ide licik-pun dijalankan.
Suatu siang, seperti kebanyakan hari. Niena, Ipe, Dana dan Aku sudah ngumpul dikamarku. Aku bergelut didepan komputer mebuat surat ijin palsu, mengeprintnya. Selesailah tahap pertama. Gedubrak-gedubruk, sore hari sekitar jam lima. Kita pergi tuh kesekolah, SMA Negeri 1 Bontang... Sore yang sepi, nggak ada satupun guru, yang ada hanya mas Gandi. Eh, mas Gandi dengan baik hati memberikan stempel sekolah dan mengecaonya di kertas surat ijin buatanku. Niena-pun memasang wajah setannya menandatangani bagian kepala sekolah dan guru penanggung jawab acara di bagian bawah surat.
Setelah komat-kamit ngucapin beribu juta terima kasih ke mas Gandi, kita cabut ke potokopian yang menjadi tempat langganan Dana (Sang juru potokopi dikelas) dimana ia biasa mempotokopi. ”Potokopi empat lembar mba” pesanku, saking girangnya, diantara kita berempat nggak ada yang bawa uang nieh. Eh, ternyata, mba berjilbab manis nan baik hati memberikan kita gratis tanpa membayar sepeserpun. Jreng jreng jreng jreng. Misi selesai dengan mudah tanpa kendala apapun. Ugh, kita semua girang nggak ketulungan, apalagi Niena dan Iphe, yang emang hobby banget dalam dunia hiburan atau hal-hal menghibur diri.
Keesokan harinya. Niena dan Ipe sukses mendapat ijin dari orang tuanya untuk bermalam di Sangata (yah, Tenggarong sih). Dana, masih menahan surat ijin palsu racikannya, ia nggak berani memberikan surat ijin itu ke bokap nyokapnya. Dana mengutuk dirinya (yang emang udah terkutuk, hehehe, becanda, peace Dhan) bakalan kena musibah kalau berbohong kepada orangtuanya. Alhasil, dia meminta restu secara jujur ke orangtuanya kalau mau jalan-jalan ke Sangata bareng aku, Niena dan Ipe tanpa menyebutkan nama Jimmy, masalahnya orang tua Dana bakalan nggak ngijinin kalau tahu acaranya bersama lelaki. Sukses besar..., ketiga teman baikku udah mengantongi restu orangtuanya. Entah dari kejujuran ataupun kebohongan. Hehehe. Muka licik mode on (mukaku emang licik sih).
So, gimana dengan aku??? Aku masih belum berani menunjukan surat ijin palsu buatanku sendiri ke orangtuaku, sampai pada akhirnya, bapakku menemukan secari kertas di selipan buku yang kuletakkan diatas meja komputer dikamarku (yah, inilah bokap, suka menyelinap diam-diam ke kamar anaknya, untung nggak nemuin pakaian dalam ku... heh!!! Ngomong apa aku ini). Taram.... surat ijin palsu ketahuan. Kena omel habis-habisan nieh... ”Anak jaman sekarang, bisa aja membodohi orang tua” omel mami. Yeh, papi sieh cuman geleng-geleng, tapi mami, komat-kamit...
Akhirnya aku jujur... Pengen bermalam di Sangata bareng Jimmy, Dana, Niena dan Iphe naik mobilnya Jimmy, nginep dirumah tantenya Jimmy dan bla bla bla. Ternyata eh ternyata, bokap ngasih ijin... dengan senang hati. Egh, malahan aku dikasih duit setengah jeti buat jajan disana. Huh..., jujur emang lebih enak.
Bokap, ternyata nggak seneng dengan acara sekolah yang rame-rame membawa ratusan anak dengan bus dan semacamnya... entah mengapa. Dia lebih ngusulin acara liburan sama temen-temen deket nggak rombongan... Suatu ketika, sekolah ngadain acara study tour ke Tenggarong (nie beneran), aku ngotot pengen ikut, tapi bokap ngelarang aku. Katanya, tar aja kita pergi berdua, aku nggak seneng acara rombongan naik bus kayak gitu...
Taram... cuplikan Ternyata jujur lebih enak selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar